Sabtu, 22 Januari 2011. Adalah hari dimana kami menggelar acara kecil-kecilan, travelling ke kota Blitar dalam rangka memeriahkan (?) tibanya liburan semester . Sebenarnya ada rencana buat mendaki gunung Arjuna, akan tetapi berhubungan karena adanya perbedaan waktu liburan diantara kami (universitas masing-masing ), akhirnya diputuskanlah kita akan menelusur Kota Blitar dengan naik kereta dan berjalan kaki sampai payah sebagai ganti kerinduan kami yang sudah merempah-rempah untuk naik gunung.
Pagi-pagi sekali kami berangkat, hingga tak terasa 2 jam sudah kita duduk di gerbong kereta Matarmaja dan akhirnya tibalah kami di Kota Blitar yang akan kami jelajahi kali ini. Yah, dengan sedikit terkantuk-kantuk kami mulai berbenah diri, ada yang menuju WC umum, ada yang melamun, ada yang bikin gurindam sambil teriak-teriak (lho?) dan lain-lain. Merasa sudah siap segalanya, siap!! Tanpa banyak cincong, kami pun mulai perjalanan kami menuju Makam Bung Karno. Perjalanan yang ditempuh dari Stasiun Kota Blitar-Makam Bung Karno, dengan berjalan kaki kira-kira setengah jam lebih.
Capai sebenarnya, tapi karena haha-hihi, basa-basi kami, juga gurindam aasal-asalan itu, membuat perjalanan jadi tidak terasa melelahkan. Sesampainya di Makam Bung Karno, kami langsung disambut Patung Bung Karno yang duduk sambil menatap lurus ke depan. Entah dia memikirkan apa. “Santai Pak!! Negeri ini kami yang meneruskan!!”, begitu kata teman-teman ( yang ini bohong!!). Lalu, kami mulai tak sengaja memasuki museum Bung Karno, yang seisinya menceriterakan segala macam tentang napak tilas Bung Karno dari semasanya ketika jaman orde lama lalu, termasuk peristiwa tentang lukisan berdetak itu. Kaget juga sebenarnya. Akan tetapi, kami coba sok berpikir rasional, dan ternyata memang itu hanyalah angin yang mendorong-dorong lukisan sehingga terlihat berdetak. Setelah itu, kami membaca-baca ( baca : ramai sendiri ) di perpustakaan Bung Karno. Setelah pada akhirnya, kira-kira tepat pukul 10.00 kami melenggang menuju makam , tentu saja setelah berfoto-foto di jalan sepanjang menuju makam yang terlihat sedemikian indah, antara istana, gapura dan benteng. Hmm..Meski, memang kami tidak mengikuti ritus doa dengan lazim seperti yang orang lain lakukan di sini. Tapi, tetap hati kami masih tetap untuk negeri ini Pak!! , hmmm. Amiien!!
Setelah itu tujuan berikutnya adalah Kebun Binatang Mini Sentul, yang kami lihat plakatnya di seberang jalan. Yah!! Inilah tempat yang sedikit mengacak-acak, menyemburatkan perasaan-perasaan kami. Bagaimana tidak??. Di antara kami terkagum-kagum dengan binatang-binatang yang benar langka disini bisa kami lihat, bisa kami goda sedikit-sedikit. Akan tetapi, kami kecewa. Ya, kami bicara, kami kecewa. Binatang-binatang ini tidak mendapat perlakuan yang layak. Kandang-kandang yang kotor, dan jauh sekali dari kelayakan. Oke lah masalah makan minum mereka terpenuhi, tapi apa mereka juga tidak butuh kebersihan sepertinya kayak kita??. Cobalah kita membiasakan diri bertukar posisi. Bagaimana perasaan kita kalau kita menjadi binatang-binatang tersebut??
Kami sempat berpikir, Kebun Binatang ini apa benar-benar sudah legal??. Kami belum bisa mencari tahu tentang kebenaran ini sedalam mungkin. Entah mungkin besok atau lusa. Coba bayangkan, ada Kasuari , ada rangkong, elang putih, buaya, monyet berbagai jenis dan binatang-binatang langka yang lain. Bukankah Kota Blitar terkenal dengan Kota Patria, Kota tempat tumbuhnya Sang Proklamator Indonesia, dan penduduk Kota Blitar yang terkenal ramah dan mencintai benar negeri ini. Kami dengan mohon sangat, meski masih hanya dalam bentuk tulisan (untuk sementara), kami mengharapkan adanya campur tangan dan kesadaran pemerintah akan hal ini. Kami sebagai orang-orang yang berperasaan, sensilibrie merasa sedih dan miris ketika kami berada dan melihat-raba-rasakan kondisi Kebun Binatang Mini Sentul.
Setelah 1 jam kira lamanya kami menatap pemandangan yang sedikit tidak menyenangkan tersebut, kami akhirnya keluar setelah pamit ( dengan bahasa binatang, mungkin!!). Tiba-tiba ada yang semaput, pingsan ( Ada apa gerangan, sayang??). Sorry, saya lagi bohong!! Tidak ada apa-apa, yang jelas kami merasa lapar dan patut mencicipi Warung Pecel terkenal di Blitar, Warung Pecel Mbok Bari. Setelah satu-persatu dari kami memesan, dan langsung habis tancap tak kurang dan tak lebih dari 15 menit saja.
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00, dan kami memutuskan segera kembali ke Stasiun agar tidak terjadi kasus keterlambatan kereta. Dari perjalanan kali ini setidaknya, otak kami sudah merasa fresh. Kawan-kawan bilang ini namanya renovasi otak, cuci otak. Ya, ya saya mengerti!!. Setidaknya ini juga menambah kebersamaan diantara kita. Ya sudah, hingga pada akhirnya, dengan hati gembira dan lapang, akhirnya kami pulang kembali, menghirup aroma dinginnya Kota kami tecinta, Kota Malang.
Lets work again, guys!!
Meski memang sedikit malas hari ini.
Journal by Eurazmy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar