“ Tuhan berbicara lewat alam…”
Begitulah senandung-senandung kami dalam perjalanan menaklukkan Gunung Arjuna. Ini edisi hiking ke-empat kalinya bagi kami, setelah sebelumnya, selalu ada halangan untuk menaklukkan puncaknya. Hingga pada hari ini, 9 Februari 2011, kami telah bertekad, optimis dan positive thinking akan mencapai puncak tertinggi ketiga di Pulau Jawa ini.
Pukul 16.20, akhirnya kami tiba di pos registrasi pendakian Arjuna, Desa Wonorejo, Kebun Teh, Lawang. Beberapa dari kami mempersiapkan air yang akan di bawa. Hingga dirasa sudah siap, berangkatlah kita menyusuri jalan setapak di antara daun-daun teh di samping kiri-kanan. Tak dirasa petang pun tiba, plus guyuran hujan yang deras menyambut awal perjalanan kami. Diputuskanlah untuk berhenti sejenak di tempat peristirahatan seng para petani teh. Sambil berhaha-hihi, saling hujat sama lain cukup lama, jam menunjukkan pukul 18.30 dan hujan pun reda. Akhirnya, kami memutuskan berangkat lagi menuju pos 2 untuk bermalam dengan beberapa pertimbangan bahwa udara lebih hangat juga pemandangan yang bagus di atas sana juga memperkecil jarak tempuh.
Keesokan harinya, kami siap memulai petualangan kali ini, dengan sedikit unsur-unsur pelunasan hutang, yang juga ikut berkontribusi memompa semangat kami. Setelah makan dan minum ala-kadarnya, berangkatlah kami dengan semangat `45 ( maklum : masih bugar-bugarnya ). Hari masih pagi benar, pukul 09.00, kami bertolak dari pos 2, bersatu dengan alam, bersikutan dengan ilalang, berpandangan dengan hutan dan pohon-pohon lebat, terpaku senandung dan lambaian padang ilalang, hingga tak terasa kaki semakin pegal. Hari mulai terik dan sedikit kepayahan karena jalan terjal yang menanjak, tak henti-henti. Inilah medan Gunung Arjuna adanya. Tapi, bukan alasan kami untuk berhenti mengebiri deru laju perjalanan itu. Cukup jauh perjalanan kami sehari penuh tersebut, hingga pukul 12.00, kami masih baru mencapai pos 3, Mahapena berupa batuan-batuan besar sedikit lebih tinggi dan ber-view luas.
Mulai dari sinilah, kami mulai sedikit kepayahan sehingga management waktu peristirahatan kami sedikit buyar, sampai-sampai santai, tidur-tidur imut, berleha-leha sejenak. Karena kesalahan prediksi untuk mencapai tempat camp kami ternyata masih begitu jauh dari harapan kami. Aaah!! Begitulah jadinya, kami berdelapan terpaksa harus mendirikan camp di tengah perjalanan, di tengah hutan Lali Jiwo, dengan hembusan angin yang keras dengan kondisi badan yang kepayahan. Tidak begitu tepat untuk mendirikan camp sebenarnya. Akan tetapi, karena hari sudah gelap, dan beberapa dari kami sudah kepayahan. Daripada memaksa, dan tujuan ke puncak besok akan tertunda lagi, maka diputuskanlah kami mendirikan camp di tengah jalan tersebut ala-kadarnya. Menyimpan tenaga, bersiap-siap untuk memeluk puncak Arjuna esok harinya.
Yah, tibalah harinya, Jum`at, 11 Februari 2011. Puncak pertama WOMBOPALA akan kita tempuh. Setelah beres-beres, packing seadanya dan membenamkan seluruh perlengkapan ke semak-semak. Siaplah kami berangkat mereguk misi kali ini. Jalan cukup terjal, curam dan terus menanjak. Tapi semangat kami terus membara, bahkan salah satu kawan diantara kami punya phobia ketinggian, tapi itu bukanlah alasan dia berhenti. Dia masih tetap berkemauan keras, memeluk puncak Arjuna ( meski ) dengan harus merangkak-rangkak. Hingga sekurang-kurangnya tinggal 10 menit lagi kami sudah tiba di Puncak. Tiba-tiba salah satu rekan kami yang berada di barisan depan tidak menjawab teriakan panggilan kami yang berada di belakang berkali-kali. Otomatis dari kita muncul sedikit rasa khawatir, marah, cemas dan segenap pikiran buruk lainnya. Maka beberapa dari kita menyebar ke segala arah, beberapa mbrasak-mbrasak, beberapa lagi menyemangati salah satu rekan yang phobia ketinggian tadi. Dan, ternyata eh ternyata rekan yang kami kira hilang sudah ada di puncak duluan, ketika salah satu rekan ; setelah mbrasak-mbrasak muncul dari arah tebing bebatuan melihatnya sudah duduk-duduk di bebatuan puncak ( Ini sangaat kepeet ). Tapi, ya sudahlah, satu persatu dari kita mulai merambat naik menuju puncak. Beberapa yang sudah di puncak duluan, sempat terdiam, ada yang bersujud syukur, melepas kaos sejenak, menghirup udara di puncak yang tinggi sambil menunggu personil yang lain tiba di puncak.
Hingga pada akhirnya setelah semua sampai puncak, kami saling larut dalam euphoria masing-masing. Kami saling berjabat tangan, melempar senyum, berpelukan. Begitu larutnya, hingga ungkapan apa yang harus kami ungkapkan tidak mampu dengan lancar meluncur deras dari mulut kami. Segala letih seperti hilang, segala emosi, sudah-payah di hari kemarin seakan terbayar tuntas dengan adanya kami di puncak ini.
Di belakangnya kami bisa melihat puncak Gunung Welirang yang mengepulkan asap belerang, sepintas seperti Semeru. Di sebelah utara kita bisa juga menerawang Puncak Mahameru yang timbu tenggelam tertutup oleh awan di kejauhan sana. Disanalah mimpi kita selanjutnya. Wombopala akan memeluknya!! Kalian sudah siap semua kaan??. Amieeen :)
“ Fabiayya irobbikuma tukadziban.
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Dan nikmat itu benar-benar terbukti. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan bumi dan langit seisinya, sungguh begitu sempurna dengan segala rubik terkecilnya. Sayang beribu sayang, puncak Gunung Arjuna yang terdiri dari bongkahan bebatuan sedemikian rusuh oleh karena tulisan-tulisan vandal dan gak penting. Membuat esensi alamiah dari puncak menjadi sedikit hilang oleh noda-noda yang mereka torehkan di batu-batu tersebut. Tidak hanya di puncak, tapi bebatuan yang kami lewati sebelum menuju puncak pun juga. Hingga, teman kami saking pegelnya berujar ; “ Kok nuiaat se wong-wong iki munggah gunung gowo cat, nggowo ukiran!!”, dengan wajahnya yang seperti badak kejepit kelek gorilla ( lho?). Yah, marilah pemuda-pemudi Indonesia!! Sedikitlah kita sadar untuk turut menjaga dan berperan menjaga keindahan alam Indonesia. Apa susahnya seh, kawaaan??.
Setelah saling bercumbu, saling berhaha-hihi, dirasa waktu sudah cukup dan matahari sudah terik akhirnya kami memutuskan untuk segera turun. Sepertinya tantangan kami tidak hanya mungkir sampai di sini saja. Turun gunung juga tidak kalah payahnya dengan naik gunung, kawaan!!, apalagi dengan kondisi hujan deras dan geledek yang menyambar-nyambar. Membuat kita terdiam, dalam kondisi petang dan suram. Yah, tapi inilah moment-moment terbaik kami. Dimana terciptalah tekhnik-tekhnik turun gunung paling mutakhir, ada yang bergaya loncat harimau, ada yang guling-guling, ada yang bergaya seluncur dan lain-lain. Dan, janganlah menggunakan tekhnik seperti itu, karena itu hanya digunakan oleh orang-orang putus asa dan konsekuensinya terlalu besar jika dibuat kiat-kiat turun gunung, apalagi dibikin buku, jangan sampai!!. Di mana kami tertawa terbahak-bahak melihat satu persatu dari kami mulai tumbang berjatuhan, terpeleset, gedebak-gedebuk, jatuh bangun, nggeblak sana-nggeblak sini, bahkan juga adegan romantik kelaki-lakian juga bisa kita jumpai di sini. Aaaah!!
Hingga pada akhirnya, tepat pukul 19.20, ba`da Isya, akhirnya kami sampai kembali di pos registrasi I. Setelah mengurus segala hal tetek bengeknya. Kami pun melenggang pulang, dan tak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas penyambutan Gunung Arjuna pada kami sedemikian indahnya. Arjuna Mountain`s DONE!! :)
Demikian kawan Jurnal Wombopala kali ini, semoga kalian bisa ikut termotivasi, keluar dari zona nyaman kalian dan mereguk segala bentuk ekstasi kehidupan di Puncak-Puncak Gunung atau puncak-puncak mimpi kalian.( eurzmy )
“ Semangat yang menyelamatkan kita nanti, Semangat percaya pada mimpi…. “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar