Senin, 14 November 2011

Bermacam Tipe Pendaki Gunung

Salam Persahabatan buad Kawan Semuanya,.


Bagi yang pernah mendaki gunung atau berpegian dengan menggunakan tas ransel sampai tas besar atau yang lebih dikenal Carrier, pasti menemukan dan merasakan berbagai watak teman sependakian kita. Bermacam gaya pendaki gunung terutama di Indonesia atau pun di Dunia tentu memang beragam, tergantung dari sifat dan watak secara pribadi. Tetapi, yang paling utama adalah pandai menyeimbangkan dengan alam yang di kunjungi dan juga pintar menyeimbangkan dengan sesama pendaki gunung yang bisa ditemui sepanjang perjalanan. Apakah anda termasuk salah satu yang menganut dari sekian gaya ini ? Jujurlah, jika ada yang dirasa kurang atau bukan merupakan gaya mendakimu, itu bisa diperbaiki kemudian hari atau simpulkan gayamu sendiri.




Check It Out...
Apa Tipemu..?

- Pendaki Terlalu Percaya Diri
Biasanya type dan gaya seperti ini, tidak di lakukan secara berombongan, peralatan pun hanya membawa daypack atau tas pinggang, yang isinya tentu tak mendukung banyak dalam kegiatan pendakian. Biasanya berisi, rokok dan koreknya, mie instan satu bungkus, permen dan tissue !


- Pendaki Ingin Sok Eksis
Suka meninggalkan jejak, dengan mencoret - coret dinding batu, dengan alasan, agar namanya terkenal !


- Pendaki Foto Model
Pendaki yang suka berfoto pribadi menggunakan kamera atau kamera ponsel. Biasanya, jari tangan kanan yang muncul hanya dua jari dan tangan kiri hilang! Kemudian lidahnya pun terjulur keluar atau dengan memonyongkan bibir.


- Pendaki Dekil
Dalam pendakian, berambut gondrong awut - awutan serasa jarang terjamah sisir, handuk kecil melingkar di leher, celana pendek, kaos kumal dan hanya satu tanpa persediaan, memakai sandal japit warna hijau atau merah.


- Pendaki DJ
Pendaki yang biasanya suka membawa peralatan musik, mulai dari tape recorder, kaset dan cd. Kemudian sepanjang perjalanan, terdengar musik ber gedombrangan, berisik tetapi lumayan menghibur.


- Pendaki Modis
Stok logistik lebih sedikit dibandingkan dengan stok pakaian dan make up nya.


- Pendaki Srimulat
Gaya yang banyak di sukai, karena sepanjang perjalanan, dia akan terus mengheluarkan candaan - candaan lucu yang bisa sedikit melupakan rasa lelah.


- Pendaki Kuli
Biasanya suka membawa barang dalam porsi banyak dalam tas ranselnya, mulai dari tenda dome, piring, kompor, jerigen, selimut, bantal, boneka dll.


- Pendaki Bayaran
Gaya seperti ini akan dengan senang hati disuruh mengumpulkan sampah, mendirikan tenda, memasak, asalkan sesampai di basecamp kembali, dia dibagi gratis stiker atau ongkos untuk naik kendaraan pulang. Sampah menjadi lahan duit bagi mereka.


- Pendaki Pesolek
Setiap istirahat di lereng gunung, dia akan mengeluarkan seabrek peralatan dandannya, mulai dari bedak, lipstik, Cream malam, gunting kuku, rol rambut, pita, eye shadow, facial dll. Bahkan saat hendak turun pun tidak lupa membasahi rambutnya dengan minyak rambut.


- Pendaki Kurang Kerjaan
Setiap mengadakan pendakian, baik sendiri maupun berombongan, tidak lupa membawa ayam hidup dengan alasan untuk dimasak di puncak gunung!


- Pendaki Dukun
Setiap pendakian, tidak lupa memakai cincin batu akik, bunga tujuh rupa dan kemenyan, dengan harapan betemu dengan penunggu gunung dan diberi angka jitu.



Ada tambahan berdasar pengalaman pribadi? Silahkan di share kan.
Semoga bisa menjadi info hiburan buat kalian semua..(abay)


Salam Persahabatan..
#terinspirasi dari artikel belantara indonesia. ^^

Minggu, 09 Oktober 2011

Endang Soekamti (bukan nama sebenarnya)



Perempatan jalan tanpa lampu merah menjadi sebuah bagian kehidupan yang dianugrahkan Allah kepada Endang. Perempuan berusia 30 tahun telah mengais ngais nafkah diantara asap asap polusi udara dan diantara mesin mesin bising jalan sejak sepuluh tahun yang lalu. Berbekal sebuah peluit yang bertengger  diapit kedua bibirnya, Endang meninggalkan segala identitas kewanitaannya, dan berjuang melawan terik matahari serta dinginnya malam sebagai pengatur arus lalu lintas tepat dipertigaan jalan menuju pasar burung Splendid.
                Disebuah malam yang syahdu, hanya lampu lampu kota bersinar serta kendaraan kendaraan berlalu lalang tidak pernah habis. Malam yang penuh pesona, menunggui manusia manusia pekerja keras seperti mbak Endang, sapaan akrabnya. Saya mencoba mendekatinya ditengah kesibukannya melambai lambaikan tangan kesana kemari, sambil sesekali memunguti uang seribuan yang jatuh dilemparkan kendaraan yang lewat. Akhirnya, mbak Endang digantikan oleh seorang kawannya. Mbak Endang mau meluangkan waktunya untuk berbagi cerita bersama saya ditepian jalan. Mbak Endang adalah sedikit potret kehidupan pekerja keras tanpa belas kasihan. Mbak Endang mempunyai latar belakang kehidupan yang cukup keras untuk membuatnya mampu tahan hidup dengan memunguti uang seribu-an perak yang jatuh dilemparkan oleh kendaraan kendaraan yang lewat. Semangatnya tak akan pernah henti untuk bekerja keras menghidupi kedua anaknya tanpa seorang suami. Kebutuhan yang membuatnya harus mencari celah, mencari nafkah  diantara kota Malang dengan segala titel yang melekat. Malang kota Bunga. Malang Kota Pendidikan. Malang Kota Ruko. Malang Kota Toko. Kalau melihat kehidupan Mbak Endang, baginya adalah Malang Kota Kemarau. Pekerjaannya itu seringkali dihakimi aparat sebelah mata. Dianggap rusuh dan tidak berguna, hanya karena tidak punya seragam. Apabila sudah ada rompi rompi polisi yang terlihat mendekat lokasi, maka Mbak Endang dan teman teman seperjuangannya akan melarikan diri, supaya tidak dihakimi seenaknya sendiri. Padahal mereka hanya mencoba mencari celah, mencari nafkah untuk menghidupi anak-anak dan diri tanpa suami, seperti kehidupan Mbak Endang pribadi. Mbak Endang mempunyai dua anak yang diurusnya seorang diri. Anak pertamanya sedang menempuh pendidikan tahun ketiga disekolah dasar, sedang anak keduanya masih berusia lima tahun. Pekerjaan dijalanan sehari hari mampu menghidupi dirinya dan kedua anaknya. Kalau beruntung, dalam satu hari Mbak Endang mendapatkan uang hingga 30.000 rupiah, namun jika nasib tidak mendukungnya, ia hanya mendapatkan uang tak memadai dan berharap esok hari lebih baik daripada hari ini. Prinsip hidupnya hanyalah mencari penghasilan yang halal, tanpa mengesampingkan moral dan tingkah laku tidak terpuji yang pernah ia pelajari sewaktu sekolah dasar. Setamat bangku sekolah dasar adalah tali pemutus dirinya dengan pendidikan, setelah pergaulan membawanya kepada jalanan, ia semakin paham betapa kerasnya jalanan, seperti mengamen di alun alun, hingga todongan preman yang merampas hasil kerja kerasnya. masa remajanya benar benar diabdikan untuk kehidupan jalanan. Harapan Mbak Endang hanyalah dapat menghidupi anak anaknya agar nasib baik melimpah untuk kehidupan kedua anaknya, agar anak-anaknya tak perlu meniru kedua orangtuanya yang menjalani kehidupan dengan keras.

              Mbak Endang adalah sosok yang menabjubkan. Inspirasi Kartini. Manusia yang masih mempunyai hati mulia, masih bekerja keras tanpa malu dan berusaha sekuat tenaga untuk menantang nasib kurang baik yang memburunya. Kerja keras itulah yang membuat Mbak Endang dapat berdiri dengan ruh kedua kakinya sendiri. Tekadnya untuk membesarkan anak anaknya secara layak tanpa memperdulikan bagaimana keluarganya sering memandang kelayakan pekerjaannya secara sebelah mata. Prinsip kerjanya selain memprioritaskan kebaikan sumber penghasilan dan kehalalan adalah tidak mencuri. Kaum marjinal sekalipun memiliki akhlak dan pikiran yang lapang untuk sekedar tahu betapa buruknya hasil mencuri itu, bagaimana mungkin fenomena politik dan korupsi di negeri ini tak cukup mengerti bahwa mengambil yang bukan haknya adalah sebuah keburukan? sampai saat ini, mereka tak juga sadar rupanya. Terlalu memprihatinkan untuk membandingkan kehidupan rakyat pinggiran dengan masyarakat penghuni rumah gedongan. Seringkali, Mbak Endang ingin memikirkan pekerjaan yang lebih layak, agar kelak kedua anaknya juga tidak terlalu nelangsa melihat ibunya berada dijalanan, namun apa mau dikata, terlalu banyak alasan tentang keuangan yang membuat Mbak Endang belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan sirkulasi kebutuhan yang seringkali tidak terduga. 
                Mbak Endang adalah salah satu dari sekian juta Maryamah binti Zamzami  yang mempunyai kehidupan tidak mudah. Entah dengan apa masyarakat yang upahnya sudah diatas standar UMK (Upah Minimum Kerja) dapat memaknai kehidupan lebih bijaksana dengan melihat potret kehidupan Mbak Endang. Peran yang tidak mudah sebagai Mbak Endang. Berdiri berjam jam dengan sepenggal semangat untuk hidup diantara polusi udara serta polusi suara adalah pekerjaan yang layak dengan penghasilan yang cermat untuk dipertimbangkan,  tanpa gelar pun, pemerintah kota hanya butuh memberikan mereka rompi agar sejajar dengan komandan penertiban lalu lintas, agar celah mereka tidak ditutup dengan pelarian diri bersembunyi di gang gang sempit atau sampai Splindit. Semoga kehidupan mereka tetap bermanfaat bagi lingkungan, semoga keberadaan mereka segera diakui sebagai anugrah bukan sebagai berandalan. Semoga Mbak Endang dan teman temannya dapat berjuang untuk apa yang mereka perjuangkan serta mendapatkan hak haknya sebagai manusia pancasila.(avz melaporkan dari tempat kejadian)
*tugas laporan, kasih nilai ya hahaha
*foto menyusul

Senin, 22 Agustus 2011

Exploring Ambarawa

Ambarawa, sebuah kecamatan di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, merupakan tipe kota yang sejuk dan menenangkan, jika saudara sekalian ingin rehat sejenak dari aktifitas penat perkotaan, Ambarawa bisa jadi pilihan untuk memuaskan dahaga akan kombinasi wisata alam dan sejarah yang eksotis dan tak terlupakan.

Getting There :
Kereta Ekonomi SBY Ps.Turi – Semarang : Rp. 37.000
Stasiun Poncol – Simpang 5 : 2500, Simpang Lima – Java Mall = 2500
Bus Semarang –Ambarawa Rp 6000

Meretas Sejarah : Berpetualang dengan Kereta Kelinci
Wisata Kereta Lori
Perjalanan dari Semarang ke Ambarawa dengan bus memakan waktu sekitar satu jam, kemudian turunlah saya di pertigaan Museum Kereta Ambarawa. Setelah berjalan sekitar 500m saya pun sampai di Museum Kereta, dan dihadapkan pada sebuah nuansa masa lalu, dinding-dinding klasik, bergaya art deco eropa kuno jaman sherlock holmes, Sejarah perkereta-apian akhir abad 19 tersirat dari semua pameran perlengkapan kereta kuno, dari mesin pencetak karcis, telepon, alat hitung, jajaran lokomotif uap yang hitam gagah. Setelah puas foto foto, saya naik lori wisata di luar ekspektasi. Ternyata, kereta lori yang kita naiki ini satu tingkat mirip sama kereta kelinci, bedanya, kereta ini jalan di atas rel.  Di atas kereta lori itu kami heboh kegirangan, karena relnya berjalan menyusuri perkampungan dan rumah penduduk, deket banget jaraknya, sampe jemuran warga pun bisa kami sentuh :P. Selain melewati hiruk pikuk perkampungan, Mata kami juga tak henti-hentinya dimanjakan dengan pemandangan gunung. Hamparan hijau sawah, dan yang paling keren adalah pemandangan rawa pening yang berkilauan tertimpa matahari terdapat pula beberapa rumah sungai, perahu nelayan dan nelayan yang menjala ikan sambil melambai-lambaikan tangan ke arah kami, eksotis sekali. Total perjalanan sekitar 13 km pulang pergi,dan di tempuh sekitar satu jam, plus berhenti sekitar 10 menit di stasiun tuntang, yang merupakan salah satu stasiun kuno ambarawa yang sudah tidak dipakai lagi. Wow, what an exotic trip, kami benar-benar tidak menyesali naik kereta kelinci ini. 

Selalu ada yang dikenang di Kereta
Budget :
Tiket masuk Museum KA : 5000
Wisata Kereta Lori : 200.000 sekali jalan, kuota 20 orang, saat itu hanya ada 10 orang yang berangkat, jadi dengan terpaksa kami merogoh kocek 20.000/ orang untuk ini (harusnya 10.000 klo pas 20),
Sebenarnya ada wisata kereta uap yang lebih keren dan eksotis melintasi gunung, tapi untuk naik itu, kita harus sewa dan minimal ada 100 orang yang naik, coz sekali jalan tuh kereta butuh duit skitar 3,5 jeti, yassalamm... >,<

Rasa Penasaran Yang Tertinggal : Benteng Willem



Rintik-rintik hujan tidak menghalangi niat saya untuk terus  melanjutkan destinasi lanjutan sepanjang Jalanan Ambarawa. Setelah berjalan sekitar 500 meter, akhirnya kami sampai di sebuah Benteng, Benteng Pendem namanya. Tapi dari beberapa sumber di web, sebenarnya nama benteng ini adalah benteng Willem. Jadi menurut kami, masih ada hubungannya dengan museum kereta api yang tertera tulisan Willem I 1873 di bagian depan bangunannya. Pertama kali sampai, semuanya serba tak meyakinkan, mistis. Tapi, Ianything Goes, Go Ahead lah  ... dan, benar saja, benteng bagian dalamnya lawasss bangett, asli, semuanya tambah semakin artistik ketika fenomena benteng ini di rekam di video atau di jepret pake kamera, tapi sayang kotor, banyak coretan, sampah dan dedaunan berserakan. Suasana disana sepi, hanya ada kita bertujuh, tetapi ternyata, setelah kami naik ke lantai atas benteng itu, surprise !! ada rumahnya orang guys, jadi, satu blok tingkat atas benteng itu jadi rumah penduduk, lengkap dengan palang RT/RW, tapi walau pintu-pintu nya terbuka, rumahnya kosong, hanya ada kursi yang bergoyang, serem ga sih?. Akhirnya kami memilih cabut, tapi masih tersisa banyak pertanyaan ketika kami berjalan meninggalkan kompleks benteng itu, sebenarnya itu dulu tempat apa? Buat apa? Sekarang jadi apa? Mau tanya siapa?  

Budget = 0 rupiah, jalan kaki

Wisata Religi : Menepis tabu, Meluaskan Cakrawala 

Gua Maria Kerep

Saat sampai disana, cuaca masih gerimis. Suasana di tempat ziarah umat katholik ini begitu tenang, di halaman depan tampak tempat parkir, kantin dan beberapa toko souvenir yang menjual pernak pernik peribadatan umat katholik, mirip kayak tempat ziarah wali-wali yang ada di Jawa. Disana terdapat 1 Gereja Utama, Altar untuk misa, tempat tempat lilin, dan yang paling menarik perhatian saya adalah diorama yang menceritakan kisah penyaliban Yesus sampai dimakamkan di bukit Golgota. Diorama tersebut dinamakan jalan salib. Dari sana saya bisa mengetahui urutan kejadiannya, arti beberapa simbol umat katholik dan banyak sejarah sejarah lainnya. Tiba- tiba ada seorang pekerja yang mendekati saya, beliau mengaku telah bekerja disini sejak awal tempat ziarah ini berdiri. Menariknya, beliau ternyata seorang muslim, dan bercerita bahwa arsitek Gua Maria Kerep ini juga merupakan seorang Muslim yang berasal dari Tuban, Sayangnya, saya lupa namanya. kami jadi teringat pula, kalau arsitektur Masjid Istiqlal juga bukan muslim. Dan, pesan yang didapat dari perjalanan ini, adalah jangan takut sama perbedaan. Bukan lebih baik kalau kita nikmati saja hidup kita ini, berdampingan satu sama lain :)

Diorama
Candi Songo 
Candi Songo dari kejauhan
Saya checkout dari hotel sekitar jam 7 pagi, kenapa begitu lama? Karena keran air hotel tentrem baru bisa dinyalakan pukul 5 pagi, ya begitu jadinya, saya buang-buang waktu buat nunggu air dan mandi. Ya sudahlah, sebelum berangkat ke candi songo, saya mampir ke museum dan monumen PALAGAN AMBARAWA, sebuah ikon kota Ambarawa. Monumen tersebut menyembulkan suatu kisah perjuangan rakyat Ambarawa melawan penjajah, lengkap dengan kamp militer, dan pameran tank tank perang, pesawat rampasan dsb. Setelah itu, saya langsung berangkat ke candi songo. Saya berangkat pake mobil umum daihatsu merah (semacam bison) hasil nyegat depan monumen. Dengan membayar 8500/orang, saya diantar Supirnya sampai pintu depan candi songo. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam, Sesampainya disana saya pun menyusuri kompleks candi tersebut, perlu diketahui di kompleks ini memiliki 9 candi yang tersebar (jadi tidak dalam 1 spot) dan jarak dari satu candi ke candi lain sungguh amat sangat jauh, medannya nanjak, ada 2 hal yang bikin perjalanan yang sebenarnya indah jadi gak mood, pertama tas ransel yang segede gaban, dan harus di bawa kemana-mana di jalan yang nanjak, kedua, lagi lagi hujan rintik kembali turun , bikin males, harusnya tas itu dititipin ke ibu ibu toilet, agar jalannya bisa nyantai, tapi baru kepikiran pas pulang. Sebenarnya ada kuda yang bisa di sewa, tergantung jarak, dari 20.000 – 70.000an klo mau sepaket (sampe candi nomer 9) tapi ya taulah, budget udah menipis, ntar aja kalo udah jadi orang kaya raya, dermawan , dan baik hati, pandai menabung, kita mau kesini lagi jalan-jalan naik kuda hahahahaha, tapi impas lah sama eksotika pemandangan pegunungan, terasering, jurang, bukit bukit, yang seru pas liat areal persawahan dari atas tebing yang mirip crop circle, hhaha, selain candi, di kompleks ini juga ada kawah belerang, pemandian air panas, dan , jika mau berendam, harus ngeluarin kocek (lagi) Rp. 3000, tapi kalo cuman mau “kecek” di bawah belerangnya gratis, hhe. seperti biasa, perjalanan diakhiri dengan foto session di beberapa spot, makan jagung manis , dan pipis.
Medan Menuju Candi Songo dan Pemandian Belerang
Budget : Masuk museum palagan ambarawa : 2500
              Transport Carter Mobil Ambarawa – Candi songo (sampe depan pintu masuk) : 60.000/7 =
              8500/person (wes nawar  sampek elek)
              Tiket Masuk candi songo : 5000

*(opsi) klo mau naik kuda : 20000 – 70.000/orng tergantung jarak


Umbul Sidomukti  : Marine Bridge, Uji Nyali, Ngundang Remek ( Setelah Bermain Bridge, Uji Nyali Sebabkan Capek Berat )


Pemandian Di Atas Umbul Sidomukti
Setelah tragedi tawar menawar dengan bapak supir, eumm FYI- angkot bolak – balik ke Umbul Sidomukti jarang sekali alias ada klo saya beruntung, so, dengan terpaksa kita bayar 140.000 alias 20rb /orang buat carter mobil (dianterin ke umbul, di tunggu, dianterin turun, terus dianterin ke pertigaan ambarawa buat nyegat bus) ya sudahlah.

Umbul sidomukti ini letaknya juga diatas gunung, gila, tempatnya jauh , jalannya ga layak buat obyek wisata, harusnya pemkot semarang peduli dengan masalah ini dong *halah.  jalannya nanjak banget, sempit, cuman bisa dilewati 1 mobil, ngeri pokoe.
Menurut Informasi, tempat wisata ini baru ada tahun 2007 kemarin, masih sangat baru rupanya. Selain wisata alam, yang paling menarik adalah kolam renang di atas gunung, yang airnya asli dari gunung. Jadi airnya naik keatas gitu, trus ada juga fasilitas outbound yang bisa dicoba, ada flying fox, atv, rappelling, marine bridge, dll pada saat itu saya nyoba flyng fox, yang bikin keren lintasannya ngelewatin tebing tebing dan pohon-pohon di atas gunung, asik tenann, tapi sensasinya ga begitu terasa, walau tinggi banget tapi lintasannya kurang panjang, jadi Cuma swing bentar aja..
Nahhh, yang paling fantastis itu pas kita nyoba marine bridge, dengan tampang sok kuat , beberapa dari kita bersemangat buat nyoba wahana yang satu itu, jadi ceritanya kita disuruh ngelewati jaring super gede yang dibentangkan dari satu bukit ke bukit lain, -___-.  Bener bener pengalaman sing ora iso dilalekne, hampir  putus asa ketika kaki terperosok ke lubang jaring, dan dibawah itu sudah jurang guys, aku, yang harusnya meniti tali dengan berjalan, dengan amat sangat pasrah gulung gulung di jaring super gede tadi, sampek pengen nangis, berbeda keadaannya dengan teman-teman lain yang melihat “aksi” kami dari atas tebing sambil ngguyu ngakak , hey guys, kalian ga tau betapa merananya kami disana, hha, at least kami udah nyoba, dan mugkin ga mau mencoba marine bridge untuk ke duakalinya. 
Marine Bridge ( Mendebarkan )

Flying Fox
Budget :
Carter mobil Dari Candi Songo – Umbul PP : 140.000/7 = 20.000/orang
Tiket masuk hari biasa = 5000 (weekend 7000)
Flying Fox : 12.000  Marine Bridge : 8000

*lainnya : ATV : 25.000  Rappelling : 8000

Bye bye Ambarawa
Umbul Sidomukti merupakan tujuan terakhir kami di Ambarawa, Akhirnya, trip destinasi saya berakhir, setelah lalu saya menghabiskan malam dengan berteman nyamuk di mushola Stasiun Poncol, Semarang, menunggu kereta ke Surabaya yang datang jam 12.30 pagi dengan harga sama kayak pas berangkat 37.000.  Sekedar info, tukang loket di stasiun poncol agak nakal, dia narik duit lebih , alasannya gak ada uang pecah buat kembalian, *mungkin klo ada petugas yang baca blog ini, oknum tersebut bisa ditindak (zzzzzzz),   Byeee Semarang- Ambarawa….

Budget : 
Bus Ambrwa – Smg : 6000 ,
angkot semarang : 2500an ,
kereta ekonomi semarang – surabaya Turi 37.000

text and recomended by : Tsabita Shabrina
some photos by : Dinar Okti

NB :

-          Karena Transportasi ke tempat wisata ambarawa tergolong susah, maka lebih baik bepergian dengan team yang berjumlah lebih dari tujuh orang, karena harus carter mobil biar bisa patungan, dan wisata kereta lori juga dihitung sekali jalan, bukan perorang, jadi kalo berbanyak-banyak orang lebih murah. dan solo backpacking tidak disarankan karena budget akan sangat membengkak. Kami pergi bertujuh, menghabiskan budget sekitar 200.000 untuk transport,hotel, tiket masuk wisata dan permainan (di luar makan)
-          Bila ada budget lebih, Trip ke Ambarawa juga bisa dikombinasikan dengan keliling Semarang, karena jaraknya yang berdekatan.
-          Untuk full version catatan perjalanan kami bisa dilihat di http://tsabitabee.blogspot.com/search/label/ambarawa


Jumat, 12 Agustus 2011

wisata melamun


Baik, judul diatas sudah cukup menggambarkan tempat-tempat apa yang akan kita kunjungi sebentar lagi. Sebenarnya, tempat-tempat ini sering terlupa, cukup sederhana, bahkan beberapa ada yang sudah sering kita lewati. Tapi, Voilaa. Magic. coba buka mata jernih-jernih dan buka hati lapang-lapang. Bagi anda yang belum memiliki kesempatan bepergian jauh atau mengunjungi tempat-tempat tenar nan eksotis, postingan ini bisa memberikan rekomendasi berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Jangan ditertawakan ya :).
Perjalanan kali ini memakai jogging moment supaya sekalian olahraga, jadi kalau bisa waktu yang digunakan adalah pagi buta sehabis shalat shubuh atau sore hari kala matahari beranjak beberapa derajat sehingga memunculkan pencahayaan yang dramatis dari sang langit. Kalau tidak keberatan ijinkan alas kaki dilepas untuk sementara. Biarkan sejenak kerinduan kaki pada bumi terobati. Rasakan gundukan batu kerikil, remah pasir berbisik, maupun kegundahan lumpur kecoklatan. 
jalan bandung

Jumat, 05 Agustus 2011

Backpacking for the Dummies

Anda mungkin tinggal di kota dan melakukan rutinitas yang sama dan menjemukan sepanjang tahun. Anda mungkin bukan lah penanjak gunung dan malas melakukan hal itu, sedangkan di sisi lain, anda ingin keluar dari rutinitas dan melakukan sesuatu yang berbeda dari liburan anda. Maka tidak ada salahnya anda mencoba menjelajah kota dengan cara backpacking.

Yap, Backpacking bukan lah nama makanan semacam bebek peking atau merk sepatu sekolah. Backpacking (dengan pelakunya disebut backpacker) menurut Wikipedia adalah perjalanan ke suatu tempat tanpa membawa barang-barang yang memberatkan atau membawa koper. Adapun barang bawaan hanya berupa tas yang digendong, pakaian secukupnya, dan perlengkapan lain yang dianggap perlu. Biasanya orang yang melakukan perjalanan seperti ini adalah dari kalangan berusia muda, tidak perlu tidur di hotel tetapi cukup di suatu tempat yang dapat dijadikan untuk beristirahat atau tidur. Mungkin dalam hal lain kita sebut saja sebagai jalan-jalan yang agak “soro”.

Rabu, 03 Agustus 2011

Di Puncak Mahameru, Jangan Lupa Turun!!

“ Selamanya, kita tak akan berhenti mengejar matahari “

Yang pasti dari sebuah perjalanan bukan hanya peristiwa mengumpulkan epik-epik berupa mental, jati diri siapa kita, tapi juga tentang cinta kepada Tuhan, Alam, Persahabatan, doa dan mimpi yang besar.

Sebelas Pendekar Angling Dharmo - Semeru Dewata

Hari itu, Rabu, 20 Juli 2011. Pagi itu cuaca cerah dengan atmosfer udara yang dingin mengumpulkan kami bersama dalam suasana hingar bingar ekspedisi Puncak Mahameru dengan penuh spirit dan sedikit ambisius. Pukul 07.00 WIB, kami berkumpul di pelataran Masjid Al-Falah, Jl. Bandung, yang sengaja kami gunakan sebagai meeting point  tanpa izin terlebih dahulu ke Remas Masjid Al-Falah J. Kali ini, setelah mekanisme yang sedikit dingin, akhirnya terkumpullah 11 personil dengan komposisi 9 lelaki kekar dan 2 wanita tegar, sama seperti tahun lalu. Setelah dirasa 9 personil sudah lengkap, dan sekian lama berkemas-kemas, berangkatlah kami menuju Terminal Arjosari. Di sini, kami juga bertemu dengan 1  kawan baru kami, yang telah sampai dahulu di Terminal Arjosari.

Senin, 01 Agustus 2011

Perjalanan Beberapa Manusia yang ON FIRE untuk Berkeliling Indonesia


Logo Ring of Fire



We are many.. we are one..
Living on the seems sun..
We are many.. we are one..
We are one.. we are one..

Sebut saja Youk Tanzil, bapak yang berwajah ‘cimenk’ ini memulai perjalannya dari Kupang bersama 4 orang lainnya, mengendarai sepeda motor untuk berkeliling Indonesia. Dua di antaranya saya ketahui bernama Gio dan Andrew, masih muda dan ganteng :3 (maaf ga penting). Perjalanan rute pertama tim Ring of Fire ini adalah berkendara sepeda motor dari Kupang menuju Jakarta pada akhir April lalu (tahun 2011).

Minggu, 31 Juli 2011

Surabaya Culinary Legend: Ondemohen

foto: berbagai sumber
Bagi yang sudah pernah lewat dikawasan Walikota Mustajab Surabaya mungkin terheran heran dengan kepulan asap yang kerap kali muncul disana. Jangan kaget, dari harum nya bisa dipastikan kalo ini adalah bau sate bakar. Tapi jika kita sering menemui sate dengan olahan bumbu kacang dan kecap, kali ini beda...

Kamis, 28 Juli 2011

MENJEMPUT MATAHARI TERBIT DI BERANDA KOTA ATAS

“Segalanya bermula dari kegelisahan atas waktu yang tak sudi berhenti, maka matahari tunggulah kami”
Menjemput Matahari


Kota Malang telah kembali, kembali dingin. Membeku bersama angan yang belum sempat tergapai. Beberapa tugas kuliah digeber beramai-ramai menambah penat yang serasa tak kunjung sampai. Semua orang butuh relaksasi, butuh rehat. Ya, meski sekejap, setidaknya kami perlu rehat barang sebentar. Uang atau nilai Mata Kuliah itu bisa dicari, tapi kehangatan bercengkrama bersama kawan-kawan di hamparan pesona alam itu jarang bisa kita cari.


Selasa, 29 Maret 2011

PERSIAPAN DAN MOTIVASI PENDAKIAN



As long as we know, Gunung merupakan satu dari sekian eksotisme alam yang memiliki misteri dan keindahan tak terperi. Banyak lanskap-lanskap indah dan laras harmoni yang tidak bisa kita dapatkan di kota. Alhasil, bagi segelintir orang yang haus akan eksotisme alam akan memprovokasi dirinya dan memutuskan unutk meresapi sendiri keindahan alam tersebut. Salah satunya adalah mendaki gunung ( Mountaineering ). Di balik semua keindahan yang ditawarkan tersebut selalu ada misteri tersendiri di baliknya. Tetap diperlukan konsentrasi dan kewaspadaan ekstra, kawaan!!. Resiko kecelakaan dan Kemungkinan-kemungkinan dapat terjadi sewaktu-waktu, tapi itu harus siap kita hadapi. Alam tidak bisa kita anggap remeh begitu saja. 

Kamis, 03 Maret 2011

The Seven Summits of Indonesia

Salam Lestari,.


Oii Kawand-kawand,.Ada yang tahu apa itu The Seven Summits of Indonesia? Kalo yang hobinya mendaki gunung mungkin akan tahu akan istilah ini. The Seven Summits of Indonesia adalah Puncak gunung yang tertinggi di tujuh pulau atau kepulauan utama di Indonesia. Tujuh pulau atau kepulauan utama di Indonesia, yaitu:
1.Pulau Sumatera
2.Pulau Jawa
3.Kepulauan Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara)
4.Kalimantan
5.Sulawesi
6.Kepulauan Maluku
7.Pulau Irian

Rabu, 02 Maret 2011

MENILIK EKSOTISME AIR TERJUN MADAKARIPURA


Salam Lestari, kawan-kawaan!!!

Jurnal Perjalanan kali ini, akan mengulas agenda perjalanan tempo hari lalu. Tepatnya pada tanggal 26 Februari 2011. Kami dengan tim dua belas Wombopala, terdiri dari 6 lelaki kekar dan 6 wanita tegar, mencoba mengulik habis sisi keindahan “ Air Terjun Madakaripura”, yang terletak di Kota Probolinggo, Desa Sukapura, Jawa Timur yang konon katanya diguna-guna *lho. Konon katanya, disanalah Patih Gajahmada melakukan ritus moksa atau yang biasa kita sebut bertapa. Air Terjun Madakaripura ini juga merupakan serangkaian kawasan wisata Bromo. Jadi, kami sarankan bagi kalian yang setelah menghirup udara bebas dari Gunung Bromo, mampirlah ke sini untuk membasuh diri. Seperti ritus yang sering dilakukan oleh Patih Gajahmada. Bisa juga membuat Sumpah Palapa-Palapa yang lainnya.


Minggu, 27 Februari 2011

Dua Kuta yang berbeda

kuta tak selalu identik dengan pulau dewata, pulau yang menyajikan sebuah fenomena di Negeri ini, mulai dari kehidupan, sosial budayanya yang begitu khas, sampai potret sebuah alam yang begitu indah.
hal itu membuat ke-otentik-kan pulau dewata mulai mengikis dengan cepatnya, begitu banyak budaya luar yang langsung diserap mentah-mentah oleh masyarakat sekitar, sehingga keaslian panorama alam pulau dewata yang dipadukan oleh budaya Bali yang unik mulai menghilang (bc: dilupakan). terutama daerah yang dinamakan Kuta, bila melihat Kuta di tahun 1997-2000, kita masih bisa menyaksikan betapa jernihnya air laut yang ada di daerah Kuta, tidak hanya airnya kawan, budaya yang masih ada juga masih budaya khas Bali yang mengutamakan keramah tamahan masyarakat madani. berbeda dengan Kuta tahun 2000-sekarang, air yang jernih bisa didapat bila kita berenang agak menjorok ketengah lautan..

Senin, 14 Februari 2011

Arjuna Kita

“ Tuhan berbicara lewat alam…”

Begitulah senandung-senandung kami dalam perjalanan menaklukkan Gunung Arjuna. Ini edisi hiking ke-empat kalinya bagi kami, setelah sebelumnya, selalu ada halangan untuk menaklukkan puncaknya. Hingga pada hari ini, 9 Februari 2011, kami telah bertekad, optimis dan positive thinking akan mencapai puncak tertinggi ketiga di Pulau Jawa ini.

Pukul 16.20, akhirnya kami tiba di pos registrasi pendakian Arjuna, Desa Wonorejo, Kebun Teh, Lawang. Beberapa dari kami mempersiapkan air yang akan di bawa. Hingga dirasa sudah siap, berangkatlah kita menyusuri jalan setapak di antara daun-daun teh di samping kiri-kanan. Tak dirasa petang pun tiba, plus guyuran hujan yang deras menyambut awal perjalanan kami. Diputuskanlah untuk berhenti sejenak di tempat peristirahatan  seng para petani teh. Sambil berhaha-hihi, saling hujat sama lain cukup lama,  jam menunjukkan pukul 18.30 dan hujan pun reda. Akhirnya, kami memutuskan berangkat lagi menuju pos 2 untuk bermalam dengan beberapa pertimbangan bahwa udara lebih hangat juga pemandangan yang bagus di atas sana juga memperkecil jarak tempuh.

Minggu, 30 Januari 2011

BLITAR ; RENOVASI OTAK

Sabtu, 22 Januari 2011. Adalah hari dimana kami menggelar acara kecil-kecilan, travelling ke kota Blitar dalam rangka memeriahkan (?) tibanya liburan semester . Sebenarnya ada rencana buat mendaki gunung Arjuna, akan tetapi berhubungan karena adanya perbedaan waktu liburan diantara kami (universitas masing-masing ), akhirnya diputuskanlah kita akan menelusur Kota Blitar dengan naik kereta dan berjalan kaki sampai payah sebagai ganti kerinduan kami yang sudah merempah-rempah untuk naik gunung.

Pagi-pagi sekali kami berangkat, hingga tak terasa 2 jam sudah kita duduk di gerbong kereta Matarmaja dan akhirnya tibalah kami di Kota Blitar yang akan kami jelajahi kali ini. Yah, dengan sedikit terkantuk-kantuk kami mulai berbenah diri, ada yang menuju WC umum, ada yang melamun, ada yang bikin gurindam sambil teriak-teriak (lho?) dan lain-lain. Merasa sudah siap segalanya, siap!! Tanpa banyak cincong, kami pun mulai perjalanan kami menuju Makam Bung Karno. Perjalanan yang ditempuh dari Stasiun Kota Blitar-Makam Bung Karno, dengan berjalan kaki kira-kira setengah jam lebih.