Baik, judul diatas sudah cukup menggambarkan tempat-tempat apa yang akan kita kunjungi sebentar lagi. Sebenarnya, tempat-tempat ini sering terlupa, cukup sederhana, bahkan beberapa ada yang sudah sering kita lewati. Tapi, Voilaa. Magic. coba buka mata jernih-jernih dan buka hati lapang-lapang. Bagi anda yang belum memiliki kesempatan bepergian jauh atau mengunjungi tempat-tempat tenar nan eksotis, postingan ini bisa memberikan rekomendasi berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Jangan ditertawakan ya :).
Perjalanan kali ini memakai jogging moment supaya sekalian olahraga, jadi kalau bisa waktu yang
digunakan adalah pagi buta sehabis shalat shubuh atau sore hari kala matahari
beranjak beberapa derajat sehingga memunculkan pencahayaan yang dramatis dari
sang langit. Kalau tidak keberatan ijinkan alas kaki dilepas untuk sementara.
Biarkan sejenak kerinduan kaki pada bumi terobati. Rasakan gundukan batu
kerikil, remah pasir berbisik, maupun kegundahan lumpur kecoklatan.
jalan bandung |
pintu masuk utama UM |
Selanjutnya, mulailah dengan lari lari kecil kearah
landungsari. Tapi jangan kebablasan sampai di landungsari. Cukup belok menuju pintu masuk utama Universitas Negeri Malang.
Jalan raya yang masih sangat sepi dapat anda gunakan sebagai track berlari,
tapi tetap ingat kalau ada kendaraan jangan lupa menepi. Nah, pintu masuk
Universitas Negeri Malang yang masih sangat sunyi ini mempunyai dua jalur arus
lalu lintas keluar masuknya kendaraan. Namun, berhubung masih belum ada
kendaraan yang lewat, gunakan saja dua jalur ini sebagai area balapan berlari
bersama teman. Muter-muter saja disitu sampai 5 atau 6 putaran sudah samadengan
kurang lebih 1 KM. Tapi, kalau saya biasanya baru dua kali putaran sudah
ngos-ngosan. Ditempat itu sudah seperti area jogging track di perumahan-perumahan mewah buatan Bob Sadino yang biasanya tayang di metro tv dengan presenter Feni Rose, pernah tahu khan? Jalan aspal
yang mulus membuat kaki kita tidak kesakitan serta pemandangan putri tidur yang
indah cukup terlihat menemani sepanjang langkah kaki berlari. Dan saya tidak
pernah menyangka tempat ini menjadi tempat saya bersekolah selepas lulus
madrasah aliyah.
ali dan zahra bertukar sepatu |
Sudah puas melihat panggung sandiwara di pojokan kampung,
mari kita lanjutkan menuju tribun sepak
bola lapangan Gombong. Bangunan tribunnya sangat tidak terurus jika dilihat
dari bawah. Masih banyak semak semak ilalang. Serupa dengan reruntuhan amfiteathre di jaman kerajaan yunani. Namun,
sepertinya bangunan ini direncanakan
sebagai pembangunan yang akan sama mewahnya seperti gedung graha cakrawala yang
megah, jelasnya saat ini sedang berada pada proyek pembangunan serius yang
sudah tidak dapat lagi dimasuki sembarang orang. Tapi, ya sudahlah, bangunan
berdiri paling tinggi diantara rumah warga ini, cukup memberikan lukisan sosial
antara kekuasaan, rakyat pinggiran, dan masyarakat perantauan. Hiraukan. Mari
kita panjat tribun beratapkan langit luas. Jika sudah sampai diatas,
pemandangan yang ditawarkan cukup mengesankan, kawan! Kita bebas memandangi
seorang putri yang nyenyak tidur sejak jaman pewayangan, menurut legenda.
Terbentang luas, mengitari kotaku. Anda dapat duduk disini lama-lama sambil
sesekali limbung digterpa angin sepoi. Matahari sudah mulai Nampak, panasnya
membakar asa. Ingin rasanya terbang. Renungkan tentang apa-apa yang mengganjal.
Mulai dari masalah kuliah, IP rendah, angan juga cinta dan sebagainya.
Dongengkan dalam hati kepada si putri tidur supaya ia terlelap lebih lama.
Mari kita keluar dari perkampungan. Menyebrang, dan
lanjutkan berbalik kearah masjid Al Falah. Pelan-pelan saja, berhubung jalanan
sudah agak ramai, mengingat pula aktivitas
umat juga dimulai dengan mobilitas. Menepi dipinggir trotoar rasanya lebih aman
dan nyaman. Jangan terburu-buru untuk pulang, kita masih harus belok dibelakang
taman makam pahlawan dan kita temukan sebuah gang diantara warung-warung kopi.
Pohon besar tegak, dahan-dahannya
membentang seperti melindungi sebuah plang bertuliskan “Jalan Cipanas”. Saya pribadi sangat suka melewati jalan itu. saya
suka mengamati beberapa rumah yang asri dan anggun. Entah mengapa, rumah itu
begitu menarik perhatian saya pada pandangan pertama. Bangunannya sederhana,
tumbuh-tumbuhan yang dipelihara mengitari rumah begitu menawan.sayang, saya tidak punya gambarnya.
Selamat. anda keluar dari taman sesat |
Melanjutkan perjalanan tadi, akhirnya kita tiba pada ujung perkampungan Betek yang
bercabang-cabang. Masuklah di dalamnya sebagai area permainan taman sesat. Tapi
jangan berisik, disini banyak rumah warga kampung bergandeng-gandeng antara
satu tembok dengan tembok lainnya. Pokoknya jalan saja hingga menemukan jalan
keluar yaitu berupa pasar harian yang biasa kita sebut dengan pasar betek. Disini kita dapat sedikit
mengganjal perut dengan membeli beberapa gorengan dan seribu rupiah untuk jamu
yang menyegarkan. Langsung teguk dan lahap ditempat, boleh juga sambil
memandangi ibu-ibu tawar menawar harga cabai dengan logat jawa. Cabai segar,
bawang brambang, merica pala, berlimpah nan gemah
ripah loh jinawi. Megagumkan. Sayangnya, ada seorang gadis belia
seumuranku, ia murung menunggui sepetak bakul sate didepannya. Menurut kabar
angin ia adalah gadis yang putus sekolah sejak kecil dan membanting tulang
dengan berjualan sate setiap pagi. Kasihan.
gang mayjend panjaitan |
'air terjun' |
seperti latar film tanda tanya |
Selanjutnya ayo kita
jalan sedikit jauh. Menuju Jalan Raya Mayjend
Panjaitan. Hingga temukan sebuah warung lalapan lamongan yang sering buka
pada senja hari. Menyebrang dari warung lalapan tersebut ada sebuah gang kecil
yang diapit oleh dua rumah dinas lumayan besar. Gang kecil tersebut ternyata
adalah jalan menuju perkampungan lainnya. Tapi, sungguh eksotis tempat ini.
Jadi, ditempat itu semacam gambaran sketsa kecil sebuah pojok tata kota.
Dititik saya berdiri kini, disuguhkan beberapa arsitektur brilian. Terlihat
jalanan yang diapit rumah-rumah tersangga diatas daerah yang dialiri air. Ada
juga sebuah aliran deras kali yang mengalir turun satu demi satu anak tangga.
Airnya berwarna kecoklatan. Dan kawan baik saya yang memberi tahu adanya tempat
ini menyebutnya dengan ‘air terjun’. Pernah, suatu sore saya dengan kawan baik
saya itu berkunjung ke tempat ini, kami dapat menyaksikan banyak sekali
layang-layang yang mengudara saling beradu. Masing-masing pengendalinya berdiri
diatap rumahnya sendiri-sendiri. Di titik saya berdiri ini macam sebuah pucuk
bukit. Saya dapat melihat atap-atap kecoklatan yang beradu dengan desis air
deras mengalir. Ketika saya berpaling kepada sebuah mushola dipojok penglihatan
saya, tempat ini kental dengan latar film Tanda
Tanya. Sebuah kampung dengan berbagai fenomena sosial antara budaya, agama
dan suku/ras yang berkembang. Brilian. Arsitektur kota yang tak pernah
terencanakan untuk kaum pinggiran tersebut terlalu brilian untuk sebuah maha
karya yang dapat dinikmati sebagai pelipur lara ditengah kejengahan kehidupan.
taman makam pahlawan |
Nah, itu tadi hanya beberapa tempat-tempat yang bagi saya
cukup menarik untuk dikunjungi tanpa harus mengorbankan banyak waktu, tenaga,
maupun biaya. Cuma sekedar hiburan anda yang penat dengan aktivitas
sehari-hari. Coba berkunjung pada tempat-tempat tidak terduga dengan latar yang
berbeda pula. Mencoba juga untuk belajar menikmati sebuah gundukan batu
diantara karang belanga. Jalan, bangunan, serta tempat tersebut selalu terbuka
lebar dan berdiri tegak menunggu anda. Jika serangkaian penjelasan tadi
hanyalah sebatas lamunan dan khayalan saya, tentulah anda juga bisa melamunkan
melebihi apa yang saya rasakan ketika menemui perjalanan dengan rute-rute
seperti tulisan diatas. Karna sebuah jalan akan menghubungkan kita pada jalan
lainnya. Nah, percayalah bahwa pencarian harta karun dapat dimulai dari mana
anda berdiri sekarang. seluruh scene dan latar yang saya buat sendiri didasar kepala ini hanyalah fiktif belaka. Oleh karena itu, tulisan ini saya beri judul wisata
melamun.selamat menikmati. (avezahra)
kereeen, i always love your writing style , mut ! :))
BalasHapus