Jumat, 12 Agustus 2011

wisata melamun


Baik, judul diatas sudah cukup menggambarkan tempat-tempat apa yang akan kita kunjungi sebentar lagi. Sebenarnya, tempat-tempat ini sering terlupa, cukup sederhana, bahkan beberapa ada yang sudah sering kita lewati. Tapi, Voilaa. Magic. coba buka mata jernih-jernih dan buka hati lapang-lapang. Bagi anda yang belum memiliki kesempatan bepergian jauh atau mengunjungi tempat-tempat tenar nan eksotis, postingan ini bisa memberikan rekomendasi berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Jangan ditertawakan ya :).
Perjalanan kali ini memakai jogging moment supaya sekalian olahraga, jadi kalau bisa waktu yang digunakan adalah pagi buta sehabis shalat shubuh atau sore hari kala matahari beranjak beberapa derajat sehingga memunculkan pencahayaan yang dramatis dari sang langit. Kalau tidak keberatan ijinkan alas kaki dilepas untuk sementara. Biarkan sejenak kerinduan kaki pada bumi terobati. Rasakan gundukan batu kerikil, remah pasir berbisik, maupun kegundahan lumpur kecoklatan. 
jalan bandung
Langkah pertama adalah mendahului matahari. Seusai shalat shubuh di masjid Al Falah, (saya yakin kebanyakan perjalanan anda dimulai dari sini khan..) mulai saja dengan melakukan pemanasan. Nikmati  sebuah aroma wangi pohon-pohon tinggi, Jalan Bandung yang rindang bagaikan pintu masuk Alice ke negeri Wonderland. Sepi diantara suara sapu-sapu lidi berderit seperti suara  nyanyian bapak bapak petugas kuning yang rela dan tegar bangun pagi membersihkan helai demi helai daun berserakan. Suasana begitu sejuk, khayalkan berupa-rupa sajak maupun tempat, tentang sebuah negeri diawan. Bulan sabit kuning sendirian diantara langit yang masih kehitaman. Itulah tanda-tanda sailormoon dan tuxedo bertopeng sedang beraksi membasmi kejahatan. Wuiihh..
pintu masuk utama UM
Selanjutnya, mulailah dengan lari lari kecil kearah landungsari. Tapi jangan kebablasan sampai di landungsari. Cukup belok menuju pintu masuk utama Universitas Negeri Malang. Jalan raya yang masih sangat sepi dapat anda gunakan sebagai track berlari, tapi tetap ingat kalau ada kendaraan jangan lupa menepi. Nah, pintu masuk Universitas Negeri Malang yang masih sangat sunyi ini mempunyai dua jalur arus lalu lintas keluar masuknya kendaraan. Namun, berhubung masih belum ada kendaraan yang lewat, gunakan saja dua jalur ini sebagai area balapan berlari bersama teman. Muter-muter saja disitu sampai 5 atau 6 putaran sudah samadengan kurang lebih 1 KM. Tapi, kalau saya biasanya baru dua kali putaran sudah ngos-ngosan. Ditempat itu sudah seperti area jogging track di perumahan-perumahan mewah buatan Bob Sadino yang biasanya tayang di metro tv dengan presenter Feni Rose, pernah tahu khan? Jalan aspal yang mulus membuat kaki kita tidak kesakitan serta pemandangan putri tidur yang indah cukup terlihat menemani sepanjang langkah kaki berlari. Dan saya tidak pernah menyangka tempat ini menjadi tempat saya bersekolah selepas lulus madrasah aliyah.
ali dan zahra bertukar sepatu 
Kalau sudah ngos-ngosan dan capek berlari, berjalan saja. Berjalan saja menuju kedalam. Dan kita lewati sebuah pintu keluar melalui perkampungan kecil di pinggiran jalan ambarawa. Sebuah rute kecil melintasi jalan bercabang. Mengasyikkan. Dan disitu ada sebuah bangunan yang mengingatkanku tentang film Children Of Heaven. Tentang Ali dan Zahra bertukar sepatu diantara lorong yang saya identifikasi ternyata adalah sebuah mushala kampung. Ali dan Zahra bertukar sepatu untuk bergantian berangkat kesekolah. Cerita  anak-anak timur tengah dengan segala kebudayaan yang melekat tertuang dalam latar kampung ini. Banyak sekali anak-anak berlarian, bermain sepak bola, berangkat sekolah, atau ibu-ibu yang sekedar menyuapi anak-anak balitanya. Dramatikal sekali kehidupan pojok kota ini. Melihat adegan-adegan tanpa skenario tertulis tersebut ,rasanya lebih menabjubkan ketimbang menongkrongi Megasinetron Amira maupun Cinta Fitri atau bahkan Gigasinetron beribu ribu episode. 
Sudah puas melihat panggung sandiwara di pojokan kampung, mari kita lanjutkan menuju tribun sepak bola lapangan Gombong. Bangunan tribunnya sangat tidak terurus jika dilihat dari bawah. Masih banyak semak semak ilalang. Serupa dengan reruntuhan amfiteathre di jaman kerajaan yunani. Namun, sepertinya bangunan ini  direncanakan sebagai pembangunan yang akan sama mewahnya seperti gedung graha cakrawala yang megah, jelasnya saat ini sedang berada pada proyek pembangunan serius yang sudah tidak dapat lagi dimasuki sembarang orang. Tapi, ya sudahlah, bangunan berdiri paling tinggi diantara rumah warga ini, cukup memberikan lukisan sosial antara kekuasaan, rakyat pinggiran, dan masyarakat perantauan. Hiraukan. Mari kita panjat tribun beratapkan langit luas. Jika sudah sampai diatas, pemandangan yang ditawarkan cukup mengesankan, kawan! Kita bebas memandangi seorang putri yang nyenyak tidur sejak jaman pewayangan, menurut legenda. Terbentang luas, mengitari kotaku. Anda dapat duduk disini lama-lama sambil sesekali limbung digterpa angin sepoi. Matahari sudah mulai Nampak, panasnya membakar asa. Ingin rasanya terbang. Renungkan tentang apa-apa yang mengganjal. Mulai dari masalah kuliah, IP rendah, angan juga cinta dan sebagainya. Dongengkan dalam hati kepada si putri tidur supaya ia terlelap lebih lama.
Mari kita keluar dari perkampungan. Menyebrang, dan lanjutkan berbalik kearah masjid Al Falah. Pelan-pelan saja, berhubung jalanan sudah agak ramai, mengingat  pula aktivitas umat juga dimulai dengan mobilitas. Menepi dipinggir trotoar rasanya lebih aman dan nyaman. Jangan terburu-buru untuk pulang, kita masih harus belok dibelakang taman makam pahlawan dan kita temukan sebuah gang diantara warung-warung kopi. Pohon besar  tegak, dahan-dahannya membentang seperti melindungi sebuah plang bertuliskan “Jalan Cipanas”. Saya pribadi sangat suka melewati jalan itu. saya suka mengamati beberapa rumah yang asri dan anggun. Entah mengapa, rumah itu begitu menarik perhatian saya pada pandangan pertama. Bangunannya sederhana, tumbuh-tumbuhan yang dipelihara mengitari rumah begitu menawan.sayang, saya tidak punya gambarnya.
Selamat. anda keluar dari taman sesat
Melanjutkan perjalanan tadi, akhirnya kita tiba pada ujung perkampungan Betek yang bercabang-cabang. Masuklah di dalamnya sebagai area permainan taman sesat. Tapi jangan berisik, disini banyak rumah warga kampung bergandeng-gandeng antara satu tembok dengan tembok lainnya. Pokoknya jalan saja hingga menemukan jalan keluar yaitu berupa pasar harian yang biasa kita sebut dengan pasar betek. Disini kita dapat sedikit mengganjal perut dengan membeli beberapa gorengan dan seribu rupiah untuk jamu yang menyegarkan. Langsung teguk dan lahap ditempat, boleh juga sambil memandangi ibu-ibu tawar menawar harga cabai dengan logat jawa. Cabai segar, bawang brambang, merica pala, berlimpah nan gemah ripah loh jinawi. Megagumkan. Sayangnya, ada seorang gadis belia seumuranku, ia murung menunggui sepetak bakul sate didepannya. Menurut kabar angin ia adalah gadis yang putus sekolah sejak kecil dan membanting tulang dengan berjualan sate setiap pagi. Kasihan. 
gang mayjend panjaitan
'air terjun'
seperti latar film tanda tanya
 Selanjutnya ayo kita jalan sedikit jauh. Menuju Jalan Raya Mayjend Panjaitan. Hingga temukan sebuah warung lalapan lamongan yang sering buka pada senja hari. Menyebrang dari warung lalapan tersebut ada sebuah gang kecil yang diapit oleh dua rumah dinas lumayan besar. Gang kecil tersebut ternyata adalah jalan menuju perkampungan lainnya. Tapi, sungguh eksotis tempat ini. Jadi, ditempat itu semacam gambaran sketsa kecil sebuah pojok tata kota. Dititik saya berdiri kini, disuguhkan beberapa arsitektur brilian. Terlihat jalanan yang diapit rumah-rumah tersangga diatas daerah yang dialiri air. Ada juga sebuah aliran deras kali yang mengalir turun satu demi satu anak tangga. Airnya berwarna kecoklatan. Dan kawan baik saya yang memberi tahu adanya tempat ini menyebutnya dengan ‘air terjun’. Pernah, suatu sore saya dengan kawan baik saya itu berkunjung ke tempat ini, kami dapat menyaksikan banyak sekali layang-layang yang mengudara saling beradu. Masing-masing pengendalinya berdiri diatap rumahnya sendiri-sendiri. Di titik saya berdiri ini macam sebuah pucuk bukit. Saya dapat melihat atap-atap kecoklatan yang beradu dengan desis air deras mengalir. Ketika saya berpaling kepada sebuah mushola dipojok penglihatan saya, tempat ini kental dengan latar film Tanda Tanya. Sebuah kampung dengan berbagai fenomena sosial antara budaya, agama dan suku/ras yang berkembang. Brilian. Arsitektur kota yang tak pernah terencanakan untuk kaum pinggiran tersebut terlalu brilian untuk sebuah maha karya yang dapat dinikmati sebagai pelipur lara ditengah kejengahan kehidupan.
taman makam pahlawan
Perjalanan pagi ini usai dahulu. Tapi, sebelum benar-benar pulang, bolehlah sekali-kali mampir di taman makam pahlawan, walau hanya duduk-duduk memandangi lapangan haru maupun langit biru dan sekedar hormat sebentar di depan tiang bendera merah putih. 
Nah, itu tadi hanya beberapa tempat-tempat yang bagi saya cukup menarik untuk dikunjungi tanpa harus mengorbankan banyak waktu, tenaga, maupun biaya. Cuma sekedar hiburan anda yang penat dengan aktivitas sehari-hari. Coba berkunjung pada tempat-tempat tidak terduga dengan latar yang berbeda pula. Mencoba juga untuk belajar menikmati sebuah gundukan batu diantara karang belanga. Jalan, bangunan, serta tempat tersebut selalu terbuka lebar dan berdiri tegak menunggu anda. Jika serangkaian penjelasan tadi hanyalah sebatas lamunan dan khayalan saya, tentulah anda juga bisa melamunkan melebihi apa yang saya rasakan ketika menemui perjalanan dengan rute-rute seperti tulisan diatas. Karna sebuah jalan akan menghubungkan kita pada jalan lainnya. Nah, percayalah bahwa pencarian harta karun dapat dimulai dari mana anda berdiri sekarang. seluruh scene dan latar yang saya buat sendiri didasar kepala ini hanyalah fiktif belaka. Oleh karena itu, tulisan ini saya beri judul wisata melamun.selamat menikmati. (avezahra)

1 komentar: