Ambarawa, sebuah kecamatan di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, merupakan tipe kota yang sejuk dan menenangkan, jika saudara sekalian ingin rehat sejenak dari aktifitas penat perkotaan, Ambarawa bisa jadi pilihan untuk memuaskan dahaga akan kombinasi wisata alam dan sejarah yang eksotis dan tak terlupakan.
Getting There :
Kereta Ekonomi SBY Ps.Turi – Semarang : Rp. 37.000
Stasiun Poncol – Simpang 5 : 2500, Simpang Lima – Java Mall = 2500
Bus Semarang –Ambarawa Rp 6000
Meretas Sejarah : Berpetualang dengan Kereta Kelinci
Wisata Kereta Lori |
Perjalanan dari Semarang ke Ambarawa dengan bus memakan waktu sekitar satu jam, kemudian turunlah saya di pertigaan Museum Kereta Ambarawa. Setelah berjalan sekitar 500m saya pun sampai di Museum Kereta, dan dihadapkan pada sebuah nuansa masa lalu, dinding-dinding klasik, bergaya art deco eropa kuno jaman sherlock holmes, Sejarah perkereta-apian akhir abad 19 tersirat dari semua pameran perlengkapan kereta kuno, dari mesin pencetak karcis, telepon, alat hitung, jajaran lokomotif uap yang hitam gagah. Setelah puas foto foto, saya naik lori wisata di luar ekspektasi. Ternyata, kereta lori yang kita naiki ini satu tingkat mirip sama kereta kelinci, bedanya, kereta ini jalan di atas rel. Di atas kereta lori itu kami heboh kegirangan, karena relnya berjalan menyusuri perkampungan dan rumah penduduk, deket banget jaraknya, sampe jemuran warga pun bisa kami sentuh :P. Selain melewati hiruk pikuk perkampungan, Mata kami juga tak henti-hentinya dimanjakan dengan pemandangan gunung. Hamparan hijau sawah, dan yang paling keren adalah pemandangan rawa pening yang berkilauan tertimpa matahari terdapat pula beberapa rumah sungai, perahu nelayan dan nelayan yang menjala ikan sambil melambai-lambaikan tangan ke arah kami, eksotis sekali. Total perjalanan sekitar 13 km pulang pergi,dan di tempuh sekitar satu jam, plus berhenti sekitar 10 menit di stasiun tuntang, yang merupakan salah satu stasiun kuno ambarawa yang sudah tidak dipakai lagi. Wow, what an exotic trip, kami benar-benar tidak menyesali naik kereta kelinci ini.
Selalu ada yang dikenang di Kereta |
Budget :
Tiket masuk Museum KA : 5000
Wisata Kereta Lori : 200.000 sekali jalan, kuota 20 orang, saat itu hanya ada 10 orang yang berangkat, jadi dengan terpaksa kami merogoh kocek 20.000/ orang untuk ini (harusnya 10.000 klo pas 20),
Sebenarnya ada wisata kereta uap yang lebih keren dan eksotis melintasi gunung, tapi untuk naik itu, kita harus sewa dan minimal ada 100 orang yang naik, coz sekali jalan tuh kereta butuh duit skitar 3,5 jeti, yassalamm... >,<
Rintik-rintik hujan tidak menghalangi niat saya untuk terus melanjutkan destinasi lanjutan sepanjang Jalanan Ambarawa. Setelah berjalan sekitar 500 meter, akhirnya kami sampai di sebuah Benteng, Benteng Pendem namanya. Tapi dari beberapa sumber di web, sebenarnya nama benteng ini adalah benteng Willem. Jadi menurut kami, masih ada hubungannya dengan museum kereta api yang tertera tulisan Willem I 1873 di bagian depan bangunannya. Pertama kali sampai, semuanya serba tak meyakinkan, mistis. Tapi, Ianything Goes, Go Ahead lah ... dan, benar saja, benteng bagian dalamnya lawasss bangett, asli, semuanya tambah semakin artistik ketika fenomena benteng ini di rekam di video atau di jepret pake kamera, tapi sayang kotor, banyak coretan, sampah dan dedaunan berserakan. Suasana disana sepi, hanya ada kita bertujuh, tetapi ternyata, setelah kami naik ke lantai atas benteng itu, surprise !! ada rumahnya orang guys, jadi, satu blok tingkat atas benteng itu jadi rumah penduduk, lengkap dengan palang RT/RW, tapi walau pintu-pintu nya terbuka, rumahnya kosong, hanya ada kursi yang bergoyang, serem ga sih?. Akhirnya kami memilih cabut, tapi masih tersisa banyak pertanyaan ketika kami berjalan meninggalkan kompleks benteng itu, sebenarnya itu dulu tempat apa? Buat apa? Sekarang jadi apa? Mau tanya siapa?
Budget = 0 rupiah, jalan kaki
Wisata Religi : Menepis tabu, Meluaskan Cakrawala
Gua Maria Kerep
Saat sampai disana, cuaca masih gerimis. Suasana di tempat ziarah umat katholik ini begitu tenang, di halaman depan tampak tempat parkir, kantin dan beberapa toko souvenir yang menjual pernak pernik peribadatan umat katholik, mirip kayak tempat ziarah wali-wali yang ada di Jawa. Disana terdapat 1 Gereja Utama, Altar untuk misa, tempat tempat lilin, dan yang paling menarik perhatian saya adalah diorama yang menceritakan kisah penyaliban Yesus sampai dimakamkan di bukit Golgota. Diorama tersebut dinamakan jalan salib. Dari sana saya bisa mengetahui urutan kejadiannya, arti beberapa simbol umat katholik dan banyak sejarah sejarah lainnya. Tiba- tiba ada seorang pekerja yang mendekati saya, beliau mengaku telah bekerja disini sejak awal tempat ziarah ini berdiri. Menariknya, beliau ternyata seorang muslim, dan bercerita bahwa arsitek Gua Maria Kerep ini juga merupakan seorang Muslim yang berasal dari Tuban, Sayangnya, saya lupa namanya. kami jadi teringat pula, kalau arsitektur Masjid Istiqlal juga bukan muslim. Dan, pesan yang didapat dari perjalanan ini, adalah jangan takut sama perbedaan. Bukan lebih baik kalau kita nikmati saja hidup kita ini, berdampingan satu sama lain :)
Diorama |
Candi Songo
Candi Songo dari kejauhan |
Saya checkout dari hotel sekitar jam 7 pagi, kenapa begitu lama? Karena keran air hotel tentrem baru bisa dinyalakan pukul 5 pagi, ya begitu jadinya, saya buang-buang waktu buat nunggu air dan mandi. Ya sudahlah, sebelum berangkat ke candi songo, saya mampir ke museum dan monumen PALAGAN AMBARAWA, sebuah ikon kota Ambarawa. Monumen tersebut menyembulkan suatu kisah perjuangan rakyat Ambarawa melawan penjajah, lengkap dengan kamp militer, dan pameran tank tank perang, pesawat rampasan dsb. Setelah itu, saya langsung berangkat ke candi songo. Saya berangkat pake mobil umum daihatsu merah (semacam bison) hasil nyegat depan monumen. Dengan membayar 8500/orang, saya diantar Supirnya sampai pintu depan candi songo. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam, Sesampainya disana saya pun menyusuri kompleks candi tersebut, perlu diketahui di kompleks ini memiliki 9 candi yang tersebar (jadi tidak dalam 1 spot) dan jarak dari satu candi ke candi lain sungguh amat sangat jauh, medannya nanjak, ada 2 hal yang bikin perjalanan yang sebenarnya indah jadi gak mood, pertama tas ransel yang segede gaban, dan harus di bawa kemana-mana di jalan yang nanjak, kedua, lagi lagi hujan rintik kembali turun , bikin males, harusnya tas itu dititipin ke ibu ibu toilet, agar jalannya bisa nyantai, tapi baru kepikiran pas pulang. Sebenarnya ada kuda yang bisa di sewa, tergantung jarak, dari 20.000 – 70.000an klo mau sepaket (sampe candi nomer 9) tapi ya taulah, budget udah menipis, ntar aja kalo udah jadi orang kaya raya, dermawan , dan baik hati, pandai menabung, kita mau kesini lagi jalan-jalan naik kuda hahahahaha, tapi impas lah sama eksotika pemandangan pegunungan, terasering, jurang, bukit bukit, yang seru pas liat areal persawahan dari atas tebing yang mirip crop circle, hhaha, selain candi, di kompleks ini juga ada kawah belerang, pemandian air panas, dan , jika mau berendam, harus ngeluarin kocek (lagi) Rp. 3000, tapi kalo cuman mau “kecek” di bawah belerangnya gratis, hhe. seperti biasa, perjalanan diakhiri dengan foto session di beberapa spot, makan jagung manis , dan pipis.
Transport Carter Mobil Ambarawa – Candi songo (sampe depan pintu masuk) : 60.000/7 =
8500/person (wes nawar sampek elek)
Tiket Masuk candi songo : 5000
*(opsi) klo mau naik kuda : 20000 – 70.000/orng tergantung jarak
Umbul Sidomukti : Marine Bridge, Uji Nyali, Ngundang Remek ( Setelah Bermain Bridge, Uji Nyali Sebabkan Capek Berat )
Pemandian Di Atas Umbul Sidomukti |
Setelah tragedi tawar menawar dengan bapak supir, eumm FYI- angkot bolak – balik ke Umbul Sidomukti jarang sekali alias ada klo saya beruntung, so, dengan terpaksa kita bayar 140.000 alias 20rb /orang buat carter mobil (dianterin ke umbul, di tunggu, dianterin turun, terus dianterin ke pertigaan ambarawa buat nyegat bus) ya sudahlah.
Umbul sidomukti ini letaknya juga diatas gunung, gila, tempatnya jauh , jalannya ga layak buat obyek wisata, harusnya pemkot semarang peduli dengan masalah ini dong *halah. jalannya nanjak banget, sempit, cuman bisa dilewati 1 mobil, ngeri pokoe.
Menurut Informasi, tempat wisata ini baru ada tahun 2007 kemarin, masih sangat baru rupanya. Selain wisata alam, yang paling menarik adalah kolam renang di atas gunung, yang airnya asli dari gunung. Jadi airnya naik keatas gitu, trus ada juga fasilitas outbound yang bisa dicoba, ada flying fox, atv, rappelling, marine bridge, dll pada saat itu saya nyoba flyng fox, yang bikin keren lintasannya ngelewatin tebing tebing dan pohon-pohon di atas gunung, asik tenann, tapi sensasinya ga begitu terasa, walau tinggi banget tapi lintasannya kurang panjang, jadi Cuma swing bentar aja..
Nahhh, yang paling fantastis itu pas kita nyoba marine bridge, dengan tampang sok kuat , beberapa dari kita bersemangat buat nyoba wahana yang satu itu, jadi ceritanya kita disuruh ngelewati jaring super gede yang dibentangkan dari satu bukit ke bukit lain, -___-. Bener bener pengalaman sing ora iso dilalekne, hampir putus asa ketika kaki terperosok ke lubang jaring, dan dibawah itu sudah jurang guys, aku, yang harusnya meniti tali dengan berjalan, dengan amat sangat pasrah gulung gulung di jaring super gede tadi, sampek pengen nangis, berbeda keadaannya dengan teman-teman lain yang melihat “aksi” kami dari atas tebing sambil ngguyu ngakak , hey guys, kalian ga tau betapa merananya kami disana, hha, at least kami udah nyoba, dan mugkin ga mau mencoba marine bridge untuk ke duakalinya.
Marine Bridge ( Mendebarkan ) |
Flying Fox |
Budget :
Carter mobil Dari Candi Songo – Umbul PP : 140.000/7 = 20.000/orang
Tiket masuk hari biasa = 5000 (weekend 7000)
Flying Fox : 12.000 Marine Bridge : 8000
*lainnya : ATV : 25.000 Rappelling : 8000
Bye bye Ambarawa
Umbul Sidomukti merupakan tujuan terakhir kami di Ambarawa, Akhirnya, trip destinasi saya berakhir, setelah lalu saya menghabiskan malam dengan berteman nyamuk di mushola Stasiun Poncol, Semarang, menunggu kereta ke Surabaya yang datang jam 12.30 pagi dengan harga sama kayak pas berangkat 37.000. Sekedar info, tukang loket di stasiun poncol agak nakal, dia narik duit lebih , alasannya gak ada uang pecah buat kembalian, *mungkin klo ada petugas yang baca blog ini, oknum tersebut bisa ditindak (zzzzzzz), Byeee Semarang- Ambarawa….
Budget :
Bus Ambrwa – Smg : 6000 ,
angkot semarang : 2500an ,
kereta ekonomi semarang – surabaya Turi 37.000
text and recomended by : Tsabita Shabrina
some photos by : Dinar Okti
NB :
- Karena Transportasi ke tempat wisata ambarawa tergolong susah, maka lebih baik bepergian dengan team yang berjumlah lebih dari tujuh orang, karena harus carter mobil biar bisa patungan, dan wisata kereta lori juga dihitung sekali jalan, bukan perorang, jadi kalo berbanyak-banyak orang lebih murah. dan solo backpacking tidak disarankan karena budget akan sangat membengkak. Kami pergi bertujuh, menghabiskan budget sekitar 200.000 untuk transport,hotel, tiket masuk wisata dan permainan (di luar makan)
- Bila ada budget lebih, Trip ke Ambarawa juga bisa dikombinasikan dengan keliling Semarang, karena jaraknya yang berdekatan.
- Untuk full version catatan perjalanan kami bisa dilihat di http://tsabitabee.blogspot.com/search/label/ambarawa